Analisis Keuntungan Bisnis Gaharu
Gaharu
adalah salah satu komuditas hasil hutan bukan kayu (HHBK) komersial yang
bemilai jual tinggi. Bentuk produk gaharu merupakan hasil alami dari kawasan
hutan berupa cacahan, gumpalan atau bubuk. Selain dalam bentuk bahan mentah
berupa serpihan kayu, juga diproses dengan penyulingan yang dapat menghasilkan
minyak atsiri gaharu yang juga bemilai jual tinggi. Cairan ekstark ini kabarnya
mencapai nilai jual lebih dari USD 30.000 atau Rp. 300.000.000,-/liter.
Sementara harga I batang pohonnya bisa mencapai ribu-an dollar per kilo nya.
Gaharu banyak digunakan sebagai bahan farfum, obat-obatan dan bahan dupa.
Kebutuhan
gaharu dunia sangat besar. Quota Indonesia 300 ton/pertahun baru dapat dipenuhi
10% inipun lebih banyak didapatkan dengan cara ilegal dan ini berasal dari
Gaharu alam. Temuan rekayasa produksi kayu gaharu memberi peluang yang sangat
besar bagi perkebunan di Indonesia. dan keuntungan lainnya Mempertimbangkan
nilai jual Gaharu, patut diupayakan peningkatan peranan Gaharu sebagai
komunitas andalan altematif untuk penyumbang devisa dari sektor kehutanan
selain dad produk hasii hutan kayu.
Selain itu
hasil gaharu ini merupakan komoditas Ekspor di negara-negara Asia Timur dan
Timur Tengah dalam hal ini maka dengan meningkatkan produksi gaharu berarti
akan dapat meningkatkan daya saing bangsa. Dampak lain adalah peningkatan
kesejahteraan rakyat dan kelestarian sumber daya hutan dan lahan.
Di Kabupaten
Sragen, tanaman gaharu ini berhasil dikembangkan di salah SMK Pertanian yang
terletak di Kecamatan Kedawung . SMK Pertanian yang berdiri sejak tahun 1968
ini telah menjalin kerjasama dengan Dinas Hutbun Kab. Sragen dalam Budidaya
tanaman Gaharu. Sehingga saat ini di Kabupaten Sragen telah berhasil membudidayakan
tanaman Gaharu serta memiliki petani binaan.
Menurut
Kepala SMK Negeri I Kedawung, Drs. Lubis Isa, pihaknya telah berhasil
mengambangkan budidaya pohon Gaharu, dengan sangat baik. Bahkan mungkin Sragen
adalah satu-satunya Kabupaten di Provinsi jawa Tengah yang berhasil
mengambangkan budidaya Gaharu jenis unggul, jelas Isa. Saat ini tidak kurang
dari 2000 batang pohon telah tumbuh subur dan akan berpotensi menghasilkan
bibit dan gubal Gaharu.
Cara
Berbudidaya Tanaman Gaharu
Untuk bisa
segera dipanen, Gaharu disuntik cendawan, tujuannya agar gaharu mati dan gubal
yang harum segera muncul. Batang gaharu Aquilaria malaccensis yang telah
berumur minimal 5 tahun dibor secara spiral. Artinya, setiap ujung bidang
gergaji pertama akan bersambungan dengan bidang gergaji kedua. Begitu
selanjutnya. Bidang gergajian itulah yang diberi cendawan.
Setahun
pasca penyuntikkan gubal sudah dapat dituai. Teknik sebelumnya, antar bidang
gergaji tidak saling berhubungan. Interval antar bidang sekitar 10 cm dan perlu
2-3 tahun menuai gubal. Modifikasi teknologi pemberian cendawan itu
dikembangkan oleh Drs Yana Sumarna MSi, periset Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor. Ia memberikan cendawan Fusarium
spp pada setiap batang gaharu. Setahun berselang, ia bisa memanen 10 kg gubal
gaharu dari pohon umur 6 tahun. Cara ini lebih efektif dibandingkan teknik lama
lantaran teknik spiral mampu menahan pohon tetap berdiri kokoh walau ditiup
angin kencang.
Untuk
memulainya, siapkan alat yang diperlukan: bor kayu dengan mata bor berdiameter
13 mm untuk melubangi batang, gergaji, spidol sebagai penanda tempat
pelubangan, alat ukur, kapas, spatula, pinset, alkohol 70%, lilin lunak dan
bibit gubal berupa cendawan. Proses pengerjaannya sederhana, dengan tahap-tahap
sebagai berikut :
- Siapkan inokulan berupa cendawan untuk membantu proses terbentuknya gubal. Beberapa contoh cendawan padat adalah Diplodia sp, Phytium sp, Fusarium sp, Aspergillus sp, Lasiodiplodia sp, Libertela sp, Trichoderma sp, Scytalidium sp, dan Thielaviopsis sp. Cendawan itu diperbanyak dengan mencampur satu sendok cendawan dan 100 gram limbah serbuk kayu gaharu. Simpan satu bulan di botol tertutup rapat.
- Buat tanda di lapisan kulit pohon berdiameter 10 cm dengan spidol untuk menentukan bidang pengeboran. Titik pengeboran terbawah, 20 cm dari permukaan tanah. Buat lagi titik pengeboran di atasnya dengan menggeser ke arah horizontal sejau 10 cm dan ke vertikal 10 cm. Dengan cara sama buatlah beberapa titik berikutnya hingga setelah dihubungkan membentuk garis spiral.
- Gunakan genset untuk menggerakkan mata bor. Buat lubang sedalam 1/3 diameter batang mengikuti garis spiral bidang pengeboran.
- Bersihkan lubang bor dengan kapas yang dibasuh alkohol 70% untuk mencegah infeksi mikroba lain.
- Masukkan cendawan ke dalam lubang dengan menggunakan sudip. Pengisian dilakukan hingga memenuhi lubang sampai permukaan kulit.
- Tutup lubang yang telah diisi penuh cendawan dengan lilin agar tak ada kontaminan. Untuk mencegah air merembes, permukaan lilin juga ditutup plester plastik.
- Cek keberhasilan penyuntikan setelah satu bulan. Buka plester dan lilin. Inokulasi cendawan sukses jika batang berwarna hitam. Setelah itu buat sayatan ke atas agar kulit bawah terkelupas. Ini memudahkan untuk membuka dan menutup saat pengecekan selanjutnya.
- Satu tahun kemudian gaharu dipanen. Untuk meningkatkan keberhasilan, pekebun menambahkan senyawa pemicu stres. Dengan begitu daya tahan gaharu melemah, cendawan mudah berkembang biak, dan gubal pun lebih cepat terbentuk.
Analisa
Bisnis Budidaya Gaharu
Analisa
biaya dan keuntungan dari budidaya pohon penghasil gaharu, pada luasan tanah
2.000 m2 (140 ubin), jangka waktu 10 tahun. Dengan jarak tanam 3 X 4 luas tanah
2.000 m2 (asumsi 50 m X 40m) cukup ideal ditanami gaharu sebanyak 180 batang.
Berikut ini adalah perincian biaya dan keuntungan dari budidaya pohon penghasil
gaharu:
1.
Biaya
Biaya
sendiri kita bedakan menjadi 3 yaitu: biaya tahap 1 (pengadaan bibit,penanaman
dan perawatan di tahun pertama), biaya tahap 2 (perawatan tanaman pada tahun
ke-2 sampai tahun ke-7), dan biaya tahap 3 (inokulasi dan perawatan pasca
inokulasi tahun ke-8 sampai tahun ke-10).
a. Biaya
tahap 1:
- pembelian
bibit 180btng @ Rp.25.000 = Rp. 4.500.000
- pupuk
kandang 500kg @ Rp.250 = Rp. 125.000
- pestisida
(furadan,stiko,dll = Rp. 150.000
- tenaga
penanaman = Rp. 50.000
- tenaga
perawatan = Rp. 300.000
JUMLAH = Rp.
5.125.000
b. Biaya tahap
2:
- pupuk
kandang = Rp. 750.000
- pupuk
pabrik = Rp. 1.000.000
- pestisida
= Rp. 900.000
- tenaga
perawatan = Rp. 1.800.000
JUMLAH = Rp.
4.450.000
c. Biaya
tahap 3:
- pembelian
fusarium sp 180 botol @Rp.100.000= Rp. 18.000.000
- tenaga
inokulan = Rp. 36.000.000
- tenaga
perawatan = Rp. 1.000.000
- tenaga
panen = Rp. 10.000.000
JUMLAH = Rp.
65.000.000
Jumlah a+b+c
= Rp. 74.575.000
2.
Penerimaan
Dengan
asumsi bahwa tingkat keberhasilan inokulasi adalah 75% saja, dari 180 batang
tanaman cuma menghasilkan 135 batang pohon saja yang bisa dipanen. Satu batang
pohon gaharu dengan masa inokulasi 3 tahun menghasilkan rata-rata 2 kg gubal,
10 kg kemedangan, dan 20 kg abu. Sehingga total yang dihasilkan dari 135 batang
adalah 270 kg gubal, 1.350 kg kemedangan, dan 2.700 kg abu.
a. gubal 270
kg @ Rp.7.000.000 = Rp.1.890.000.000
b.
kemedangan 1.350 kg @ Rp.2.000.000 = Rp.2.700.000.000
c. abu 2.700
kg @ Rp.200.000 = Rp. 540.000.000
Jumlah =
Rp.5.130.000.000
3.
Keuntungan
Penerimaan –
Biaya = Rp.5.130.000.000 – Rp. 74.575.000 = Rp.5.055.425.000
Rata-rata
perpohon gaharu umur 7 tahun dengn masa inokulasi 3 tahun (tahun ke-8 sampai
tahun ke-10), menghasilkan 25 juta rupiah lebih.
Jadi, dari
investasi sebanyak 74 jutaan, berpotensi menghasilkan 5 milyar rupiah dalam
kurun waktu 10 tahun. Seiring waktu, harga jual tanah juga meningkat. Tidak ada
ruginya kan investasi di kebun?
Sumber: Sragen
News
- See more
at: http://gaharukarawang.blogspot.com/2012/05/analisis-keuntungan-bisnis-gaharu.html#sthash.lnuJkT39.dpuf
No Comment to " Analisis Keuntungan Bisnis Gaharu "