Ekspor Mebel Indonesia Baru 2,75 % dari Kebutuhan Dunia
Menurut
Koordinator Asmindo Certification Care (ACC) Jawa Timur (Chilman
Suaidi), permintaan pasar mebel dunia terus naik dalam beberapa tahun
terakhir. Tahun lalu transaksinya mencapai 80 miliar dolar AS. Ini
merupakan peluang yang sangat bagus bagi industri mebel di Indonesia,
mengingat saat ini dampak krisis global menyebabkan penurunan permintaan
ekspor mebel.
Indonesia
hanya menyumbang 2,2 miliar dolar AS atau 2,75 %, sedangkan Cina mampu
mengekspor 13 % dari nilai transaksi dunia tersebut. Kondisi ini cukup
ironis mengingat Indonesia merupakan negara penyedia bahan baku berupa
kayu yang cukup besar di dunia, sedangkan Cina sebenarnya tidak
mempunyai bahan baku kayu sebesar Indonesia. Sebagian besar kayu yang
diolah di Cina diperoleh dengan mengimpor dari negara lain.
Dengan
ekspor sebesar 13 % tersebut Cina bisa memperkerjakan 54 juta
penduduknya dalam industri mebel. Salah satu solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah industri perkayuan Indonesia harus dibekali
dengan sertifikasi agar siap melayani kebutuhan pasar dunia.
Sertifikasi dilakukan untuk mengetahui asal usul kayu guna memastikan
bahwa kayu yang diperdagangkan bukan merupakan kayu hasil illegal logging atau pembelakan liar.
Biaya
sertifikasi untuk setiap perusahaan mencapai 2.500 sampai 3.000 dolar
AS. Walaupun pasar mebel dunia saat ini masih belum menentu sebagai
dampak krisis global, namun sertifikasi tetap harus dilakukan untuk
mengantisipasi membaiknya pasar mebel dunia agar kita dapat merebut
pasar tersebut.
No Comment to " Ekspor Mebel Indonesia Baru 2,75 % dari Kebutuhan Dunia "