Sejarah (Asal Mula) Kayu Lapis / Plywood / Tripleks
Kayu lapis merupakan produk komposit
yang terbuat dari lembaran-lembaran vinir yang direkat bersama dengan susunan
bersilangan tegak lurus. Kayu lapis termasuk ke dalam salah satu golongan panel
struktural, dimana arah penggunaan kayu lapis ini adalah untuk panel-panel
struktural.. Cikal bakal munculnya kayu lapis terjadi di Mesir sekitar tahun
1500 S.M. dimana pada masa tersebut orang-orang Mesir telah mampu membuat vinir
untuk menghiasi perabot rumah tangga mereka. Selanjutnya disusul bangsa Yunani
dan Roma kuno mengembangkan alat pemotong vinir (Haygreen dan Bowyer, 1993).
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan bahan konstruksi maka keberadaan industri
kayu lapis mulai berkembang.
Perkembangan industri kayu lapis
dimulai setelah tahun 1930-an yang ditandai dengan penggunaan kempa panas dari
Eropa dan perekat resin sintetis sebagai perkembangan teknis yang memainkan
peranan penting pada pertumbuhan awal industri kayu lapis. Pada tahun 1972 di
Amerika Serikat ada sekitar 600 perusahaan pembuat kayu lapis dan vinir yang
telah mampu mengekspor kayu lapis sebesar US$ 3 milyar (Haygreen dan Bowyer,
1993). Di Indonesia sendiri, perkembangan industri kayu lapis terjadi sekitar
tahun 1980-an semenjak diberlakukannya larangan ekspor kayu bulat oleh
pemerintah. Pada tahun tersebut kondisi hutan di Indonesia masih sangat
mendukung perkembangan industri kayu lapis, keterseduaan log-log kayu
berdiameter besar dan silindris yang berasal dari hutan alam sebagai syarat
utama bahan baku dalam pembuatan kayu lapis masih cukup melimpah.
Lain halnya dengan sekarang, kondisi
hutan alam sudah tidak mampu lagi mensuplai kayu berdiamater besar, hal ini
berdampak pada terancamnya keberadaan industri kayu lapis yang ada.
Ketersediaan bahan baku berkualitas dari hutan alam semakin menurun, telah
membuat para ahli dan pelaku industri kayu lapis mulai berpikir mengenai
efisiensi dan regulasi terhadap bahan baku (log) untuk membuat kayu lapis.
Melalui perbaikan dan peningkatan
teknologi telah berhasil meningkatkan rendemen vinir yang dihasilkan.
Persyaratan log berdiameter besar sudah tidak menjadi factor utama lagi,
pemanfaatan log berdiameter kecil sudah bias dipergunakan dalam pembuatan kayu
lapis karena di industri kayu lapis telah menggunakan spindles.
Keberadaan spindles mampu
meminimalisasi diameter log yang tersisa setelah proses pengupasan dimana pada
saat menggunakan metode konvensional tanpa spindles, diameter log sisa sekitar
15-20 cm telah dapat direduksi menjadi 5 cm sehingga hal ini berakibat pada
peningkatan rendemen vinir yang dihasilkan.
Diambil dari : http://bangunansuryabaru.blogspot.com/2012/08/sejarah-asal-muasal-kayu-lapis
Disadur dari ( Karya Tulis berjudul
Kayu Lapis oleh Apri Heri Iswanto, S.Hut, M.Si ).
No Comment to " Sejarah (Asal Mula) Kayu Lapis / Plywood / Tripleks "