Mencari Solusi atas Krisis Moral dan Krisis Intelektualitas
Bisa
dikatakan, anak muda Indonesia saat ini mengalami krisis moralitas dan
intelektualitas dalam level yang mengkhawatirkan. Kasus pembunuhan seorang
mahasiswi di Jakarta yang ironisnya dilakukan oleh mantan pacar korban bersama
pacar barunya adalah contoh kasus terbaru. Motif pembunuhan tersebut ternyata
sangat sepele, hanya karena sakit hati. Ini mungkin contoh ekstrim yang
jumlahnya kecil.
Kasus
ini menggambarkan bagaimana kondisi mental anak muda kita yang sedang ‘sakit’.
Mungkin berlebihan jika dikatakan demikian, tetapi bisa jadi perbuatan tersebut
merupakan keluaran dari sikap tidak peduli dengan lingkungan, tidak peduli
dengan orang lain, hilangnya sopan-santun, jauh dari agama, dan segala sifat
‘tidak baik’ lainnya yang sudah sangat akut. Pendek kata, anak muda kita sedang
mengalami krisis moralitas. Fakta lain bisa disebut: tawuran, penyalahgunaan
narkoba, seks bebas, dst.
Lebih
mengkhawatirkan lagi, krisis moralitas ini dibarengi dengan krisis
intelektualitas. Tidak dapat dipungkiri, di satu sisi segala kemajuan teknologi
dan informasi saat ini telah menawarkan banyak sekali kemudahan. Namun di sisi
lain, kemudahan tersebut melenakan dan menurunkan kualitas aktivitas
intelektual yang seharusnya dilakukan. Mereka jadi malas membaca, menulis,
meneliti, mencari, menelaah, dan berdiskusi. Para guru atau dosen mungkin merasakan
bagaimana sulitnya mengajak para pelajar atau mahasiswa untuk mengerjakan tugas
secara serius dengan membaca dan mengkaji literatur-literatur yang sebenarnya
sangat banyak.
Perilaku
copy-paste dan plagiarisme pun menjadi kebiasaan. Membaca buku dan jurnal
penelitian juga hampir tidak pernah dilakukan. Bahkan, apa dan bagaimana jurnal
ilmiah pun sebagian mereka tidak paham. Pelajar dan mahasiswa kita akhirnya
tumbuh menjadi intelektual yang tak bertaji. Pantas jika pendidikan kita
tertinggal jauh dari negara-negara maju, bahkan dari negara tetangga seperti
Singapura, Malaysia, dan (bahkan) Thailand).
Berdasarkan
fenomena tersebut, Direktorat Pendidikan dan Pengembanagan Agama Islam
mengadakan diskusi yang ingin dengan tema “Mencari Solusi atas Krisis Moral
dan Krisis Intelektualitas” dilaksanakan pada Sabtu, 22 Maret 2014
bertempat di ruang seminar FIAI UII.
Susilo
Wibisono, S.Psi., M.A, selaku pembicara memberikan contoh bagaimana mahasiswa
tidak memiliki kepekaan moral dan sosial. Ia mengungkapkan penelitiannya bahwa
mahasiswa yang tidak memiliki moral dan kepekaan social, ialah mereka yang
tidak memiliki integritas. “ketika mahasiswa yang tidak memiliki
integritas, mahasiswa tersebut berani tinggal serumah padahal bukan mahram”.
Terangnya.
Solusi
yang dapat dilaksanakan adalah mahasiwa harus memiliki integritas yakni ada dan
tidak adanya orang lain harus tetap berbuat baik. Sebaliknya, ada dan tidak
adanya orang lain, mahaasiswa harus tetap menjaga diri untuk tidak berbuat
jahat. “tanamkan afirmasi positif untuk kebaikan, pilihlah lingkungan yang
baik, budayakan nilai-nilai al-qur’an dan as-sunnah, dan tanamkan bahwa
generasi muda akan menjadi pemimpin masa depan”. Ungkapnya.
Diambil dari : http://dppai.uii.ac.id/web/2014/03/mencari-solusi-atas-krisis-moral-dan-krisis-intelektualitas/
No Comment to " Mencari Solusi atas Krisis Moral dan Krisis Intelektualitas "